Dalam lembaran sejarah emas
sahabat Nabi, ada peristiwa unik yang menunjukkan bahwa letak bernilainya
amalan itu ialah bukan pada banyaknya tapi pada kandungan kebaikannya, meskipun
sedikit.
Dalam kitab Sirah Nabawiyahnya
yang berjudul, “as-Sirah an-Nabawiyah, `Ardhu Waqaai` wa tahlilu Ahdats”,
Syeikh. Ali Muhammad Muhammad Shalabi menceritakan: ada sahabat yang hanya
bermodal syahadat tulus kemudian ia berjihad hingga gugur syahid. Padahal ia
belum sempat shalat apalagi melaksanakan rukun Islam yang lainnya.
Amalannya terhitung sangat sedikit
dan minim bila dibandingkan dengan sahabat-sahabat lain yang sudah masuk Islam.
Namun lihat capaian yang diraihnya ia mendapatkan surga. Sahabat itu ialah
Al-Ushairim. Nama aslinya `Amru bin Tsabit bin Waqasy.
Beliau berasal dari Suku `Aus,
dari Bani Asyhal. Ketika Sa`ad bin Muadz masuk Islam beserta Suku `Aus lainnya,
Ushairim belum mau menerima Islam karena masih ragu. Hatinya belum bisa
menerima petunjuk Islam. Namun Allah akan menunjuki siapa saja yang
dikehendakinya.
Ketika terjadi Perang Uhud, ia bertanya
pada Rasul dimanakah Sa’ad bin Mu`adz? Dimanakah teman satu sukuku? Nabi
menjawab: Mereka menuju Uhud. Ketika itu ia sudah merasa mantap hatinya untuk
menerima petunjuk Islam sehingga, seketika itu juga ia menyatakan keislamannya
pada Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wasallam.
Setelah itu ia mengambil tombak,
pedang miliknya dan menaiki kuda lalu bergabung dengan sahabat-sahabat yang
lain. Ketika ia berada di sekeliling para sahabat, ia diusir: menjauhlah dari
kami! Ushairim pun menimpali: Aku telah beriman. Kemudian ia turut berperang
hingga mengalami luka parah.
Ketika teman-temannya dari Bani
Asyhal, mencari korban dari para sahabat yang terbunuh di Perang Uhud,
tiba-tiba mereka dikagetkan dengan jasad Ushairim yang terluka parah tapi masih
hidup: Ini Ushairim, kenapa ia datang ke sini, bukankah sewaktu kita tinggal
perang ia masih kafir? Lalu mereka menanyakan langsung pada Ushairim, apakah ia
turut berpartisipasi perang karena fanatisme kesukuan atau karena senang
terhadap Islam? Ushairim menjawab: Bahkan aku senang (masuk) Islam, aku beriman
pada Allah dan Rasul-Nya, aku masuk Islam, kemudian aku bergabung dengan
Rasulullah ikut perang, kemudian aku mengalami luka parah, jika aku meninggal
maka semua hartaku untuk Muhammad, (silahkan) dipergunakan sekehendak hatinya”.
Kemudian ia meninggal.
Ketika dilaporkan kepada
Rasulullah, Rasul berkomentar: “Innahu min ahlil jannah (ia termasuk dari
penghuni surga). Padahal ia belum sempat shalat sama sekali. Di kesempatan lain
Rasulullah Saw bersabda: `Amila qolilan wa ujiro (amalnya
sedikit tapi mendapat ganjaran(yang besar).
Bahkan Abu Hurairah bertanya pada
orang-orang, ceritakan padaku siapakah sahabat yang masuk Surga padahal belum
pernah shalat? Ketika mereka tidak tahu, akhirnya meminta jawaban ke Abu Hurairah.
Abu Hurairah menjawab: ia adalah Ushairim bin Abdil Asyhal.
Ushairim dengan amalnya yang
sedikit mampu menjemput momen terbaik atas izin Allah. Kejadian yang dialaminya
mengajarkan kita nilai penting berupa: letak berharga tidaknya sebuah amalan ialah
pada kebaikan yang terkandung di dalamnya, dalam artian sesuai dengan petunjuk
Allah dan Rasul-Nya. Walau amalan terhitung sedikit, tetapi diposisikan pada
standar semacam itu akan bernilai dahsyat.
Pada pandangan orang banyak memang
amalannya terhitung sedikit, namun yang membuat amalan itu berharga dan
bernilai dahsyat ialah karena ketulusan, keikhlasan, dan kesungguhan untuk
berjuang di jalan Allah. Sedikit tapi berkualitas saja sudah bernilai dahsyat,
apalagi jika kita melakukan amalan banyak tapi berkualitas, Allah subhanahu
wata`ala pasti akan mencucurkan rahmat-Nya.
Kesempatan untuk itu, sebenarnya
sangat terbuka lebar jika kita menghendakinya. Kesuksesan kita terletak pada
seberapa cepat kita berubah, serta sepandai apa kita menjemput momentum yang
diberikan Allah subhanahu wata`ala pada kita. Faidza faraghta fanshab, wa ila
Rabbika farghab (jika ada waktu senggang maka gunakan lah untuk amal kebaikan,
dan hanya kepada Rab kamulah kamu berharap).
https://muslimobsession.com/kisah-sahabat-yang-masuk-surga-padahal-belum-sempat-shalat/